Ane Tidak Punya Salah Sama Ente, Kenapa Harus Minta Maaf?


Benar memang, kadang-kadang kita menganggap bahwa kita tidak punya salah kepada seseorang. Dan parahnya, kita kemudian merasa tidak perlu untuk meminta maaf. “Maaf untuk apa, wong tidak punya salah kok.”

Yakin tidak punya salah? Yakin banget atau hanya sekadar perasaan. Hem, mungkin cuma perasaan kita saja ya. “Tidak, ini sungguh. Ane tidak punya salah sama ente. Setahun ini kan kita tidak pernah ketemu. Kita juga tidak pernah ngobrol, apalagi jahilin ente. Jadi ga mungkin dong ane salah ucap. Enggak pernah! Sekalipun! Jadi ane ga punya salah dan khilaf secuilpun sama ente. Dan karenanya ane ga perlu pake minta maaf segala ya, apalagi pake cium tangan.”

Wah, wah, gitu ya? Agaknya, ucapan senada itu tidak hanya dibatin oleh satu dua orang. Kita, sekali lagi “kita”, barangkali kerap merasa tidak menyimpan salah pada orang lain. Makanya, kemudian kita, “kita” lho, merasa tidak ada gunanya untuk minta maaf, tidak perlu jabat tangan atau cipika-cipiki. Buat apa?

Itulah kesalahan kita, saya, ia, mereka, dan mungkin juga Anda. Salah karena merasa tidak pernah merasa bersalah. Salah karena angkut tak mau meminta maaf.

Okelah, anggaplah “benar” bahwa anda tidak punya salah pada sobat anda, tetapi sobat andalah yang banyak salah pada anda. Lalu apakah itu kemudian membuat anda tidak perlu bersalaman, saling meminta maaf? Tetap perlu, dan PENTING. Tuhan yang Maha Kreatif telah membuat sebuah bulan bernama Syawal, untuk dijadikan momentum bagi kita saling bermaaf-maafan, menyambung dan mempererat ukhuwah (persaudaraan). Ketika kita tidak memiliki salah, kita tetap mendapatkan hikmah dari jabat tangan atau kunjungan silaturrahim, yakni terbinanya ukhuwah.

Oh, gitu ya? Kalau begitu: 
“Saya selaku sahabat, guru, dan pengasuh blog ini, ingin juga bermohon maaf pada anda semua. Semoga ukhuwah ini tetap terjaga.”

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »